ilustrasi |
Sudah terang-terang dan ikut konvensi adalah Ketua
Dewan Pakar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bima juga mantan Kepala
Inspektorat yang juga lebih dikenal saat menjabat Kepala Dinas Kesehatan
(Dikes) Kota Bima, Drs H Azhari.
Sementara dari kalangan politisi besar di Kota Bima,
seperti Ketua DPD II Golkar yang juga saat ini menjabat Ketua DPRD Kota Bima,
Alvian Indrawirawan (Dae Pawan), Ketua DPD II PAN Kota Bima, Feri Sofiyan,
Ketua DPD II Partai Demokrat, Rian Kusuma Permadi dan anggota DPRD Provinsi
NTB, H Arahman H Abidin (aji Man), termasuk juga Sekretaris DPD PAN Kota Bima
saat ini menjabat Wakil Ketua DPRD, Syamsurih.
Tentu yang tak kalah santer informasi berkembang
adalah majunya HM Rum yang saat ini sedang menjabat Pj Wali Kota Bima, walaupun
kepastian maju mantan Kepala Dinas di Provinsi NTB dibantah oleh yang bersangkutan.
Sejumlah skema siapa berpasangan dengan siapa, siapa
sosok figur bakal calon Wali Kota dan siapa figur bakal calon Wakil Wali Kota
Bima sudah mulai bertebaran di laman Media Sosial (medsos).
Tidak saja sekedar isu, bahkan foto para figur dari para
bakal calon pemimpin sudah disanding-sandingkan, namun masih pada antara para
politisi murni, sementara dari mantan birokrasi belum nampak diatas panggung.
Untuk informasi, Dae Pawan, Feri Sofiyan, H
Arahman, Rian Kusuma Permadi dipastikan mantap dan siap maju di pilkada Kota
Bima.
Sementara dari mantan birokrasi, Drs H Azhari sempat
diwawancara media ini, menyatakan kesiapannya maju menjadi bakal calon wali
kota bima periode 2024-2029.
Bahkan dirinya mengaku sudah mengikuti konvensi dan
yakin mendapatkan dukungan penuh dari partai besutan Ahmad Syaikhu. Untuk PKS
sendiri pada pileg kemarin berhasil meraih 3 kursi di DPRD Kota Bima.
Sementara PAN 5 kursi, Golkar 5 kursi, Demokrat 4
kursi, Nasdem 3 kursi, PKS 3 kursi, Gerindra 2 kursi, PBB 1 kursi
dan Hanura 1 kursi serta PDIP 1 kursi.
Mundur kebelakang dari pengalaman selama ini di setiap
konstalasi perebutan kursi nomor satu di daerah, tidak saja dinamika saat
pilkada, juga menjadi perbicangan khalayak ramai setelah kepala daerah dan
wakilnya terpilih dan menjabat.
Terpilihnya kepala daerah dan wakil kepala daerah dari
yang sama-sama dari kalangan politisi meninggal jejak dinamika yang sangat
keras, keretakan hubungan saat berhasil menduduki
kursi jabatan politik sebagai kepala daerah kerap mewarnai perjalanan mereka
dalam memimpin daerah. Terakhir terjadi di Kota Bima.
Walaupun tak semua pasangan kepala daerah dari
sama-sama kalangan politi meninggalkan kesan tak baik, ada juga yang cukup harmonis,
terlepas dari keduanya berstatus kakak dan adik, yaitu di era kepemimpinan HM
Qurais dan H Arahman H Abidin sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bima.
Kemudian muncul wacana, apakah tak sebaiknya bakal
calon kepala daerah mendatang menyandingkan figur dari politisi dan mantan
birokrasi? Namun pertanyaannya tersebut tentunya kembali ke tangan rakyat
sebagai penentu pilihan.
Sebagai pembanding, roda pemerintah di Kabupaten Bima
yang dua periode dipimpin oleh Bupati Bima, Hj Indah Damayanti Putri datang
dari politisi dan Waki Bupati Bima, M Dahlan yang merupakan mantan birokrasi
hampir tak terlihat dan terdengar adanya keretakan hubungan antar keduanya.
Walaupun riak-riak diawal kepimpinan mereka sempat
terdengar, namun terbukti di dua periode kepimpinan kedua kepala daerah itu
mampu memperlihatkan hubungan harmonis hingga menjelang massa akhir jabatannya.
(red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar merupakan aspirasi pembaca dan tidak merepresentasikan pendapat JangkaBima. Mohon selalu sampaikan pendapat dengan sopan dan tidak melanggar SARA.